Smaldino, S. E., dkk (2015) menyatakan bahwa
kegiatan pembelajaran di era digital dilakukan di dalam atau di luar kelas
dimana teknologi berbasis komputer merupakan komponen pembelajaran yang mudah
diakses dan dapat dipakai untuk menemukan sumber belajar.Perangkat dan koneksi
digital memperluas kemampuan siswa yang datang dari berbagai arah. Ada dua
bentuk kegiatan belajar yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan media digital
berbasis komputer diantaranya interactive tools dan interacting with others.
Interactive tools atau media peralatan
interaktif. Peserta didik di era digital menggunakan perangkat nirkabel
bergerak (internet) dengan berbagai cara di dalam dan di luar aturan sekolah yaitu
dengan memanfaatkan teknologi dan media informasi internet kapanpun dan dimanapun
saat diperlukan. Misalnya, siswa membaca menemukan sumber belajar melalui
sambungan internet di perpustakaan yang menyediakan jaringan nirkabel wifi untuk
membuat catatan dari artikel Koran atau sumber belajar lain yang diarsipkan.
Perangkat nirkabel ini memperluas dan memberikan pengalaman belajar lebih
kepada siswa di luar metode non digital.
Interacting with others (berinteraksi dengan
orang lain). Penggunaan media komputer berbasis internet memudahkan siswa untuk
mencari sumber belajar dengan mudah dan cepat dimanapun dan kapanpun. Ponsel pintar (android), tablet, dan laptop yang
terhubung dengan saluran internet dapat digunakan untuk mengirim pesan berupa video,
pesan suara, dan animasi. Selain itu juga dapat dimanfaatkan siswa untuk
mendengarkan dan melihat video terkait pelajaran, mendengarkan musik, mencari
informasi berita dan olahraga, serta untuk menonton video dan film musik
terbaru yang diminati siswa.
Peserta didik juga dapat melakukan komunikasi
dengan menggunakan perangkat digital yang mereka miliki melalui perintah suara,
catatan tertulis, menggunakan layar sentuh atau keyboard mini. Selain itu dokumen
dengan komentar dan penyuntingan yang dituliskan dalam media digital dapat
dipertukarkan secara instant antara peserta didik dengan guru, antar peserta
didik, atau dengan para ahli melalui pengiriman pesan email dan media chating
lain yang tersedia. Komunitas belajar
peserta didik semacam ini tersebar di seluruh penjuru dunia melalui alat
komunikasi interaktif berbasis web dan situs media sosial seperti blog (jurnal
pribadi yang dapat diakses publik), wiki (informasi web yang dapat diedit oleh
pengguna yang terdaftar), dan podcast (file multimedia berbasis internet yang
diformat untuk dapat diunduh langsung ke perangkat seluler).
Dijelaskan oleh Saripudin (2015:3) bahwa teknologi
informasi web mengalami perkembangan sangat pesat. Hal ini ditandai dengan
munculnya web 1.0 yang bersifat statis dan searah. Kemudian digantikan web 2.0
yang mengedepankan prinsip kolaborasi antar komponen maupun manusia. Proses dan
teknologinya pun menjadi fleksibel guna mendapatkan informasi yang sesuai
kebutuhan pengguna dan tanpa batas. Penggunaan web sebagai media interaktif
manusia sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipungkiri lagi di era digital
abad 21 ini. Hal ini dikarenakan penggunaannya yang mudah dan fleksibel sesuai
kebutuhan.
Contoh pemanfaatan media dan informasi
digital dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik adalah pembuatan blog
tentang pemanasan global dimana mereka secara teratur bertukar komentar dan
tautan terkait materi pemanasan global dengan peserta didik lain yang berada di
seluruh penjuru dunia.Siswa tingkat sekolah
menengah menggunakan wiki untuk berinteraksi dengan mahasiswa yang menanggapi
kegiatan menulis mereka. Sementara peserta didik sekolah menengah kelas sastra di
Amerika mengunggah podcast wawancara dengan penulis terkemuka ke situs web
kelas (Smaldino, S. E., dkk, 2015: 11).
Media digital mengembangkan dan meningkatkan
kapabilitas guru untuk memenuhi berbagai peran dan tanggungjawabnya yang
berhubungan dengan menjadi seorang pendidik. Media digital tersebut sebaiknya memberikan
ruang gerak guru pada era digital untuk
merencanakan dan menyediakan pembelajaran interaktif ketika berpartisipasi di
dalam komunitas atau kelompok kerja guru
dan praktik secara umum dengan sesama rekan pendidik.
Smaldino, S. E., dkk (2012:7-9) mengemukakan
beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk menunjukkan potensinya terkait
tugas dan perannya di era digital yaitu sebagai berikut:
1) Interactive Instruction
(Pembelajaran Interaktif)
Pembelajaran ini
menunjukkan bahwa kegiatan seorang guru di era digital berisi presentasi yang
kaya akan media interaktif. Sebagai contoh kegiatan konferensi video digital
secara langsung yang mendatangkan narasumber seorang sejarawan, novelis, dan
pakar di dalam pembelajaran kelas. Catatan dan peta konsep dari sesi brainstorming
terekam dalam media digital berupa laptop atau notebook dan secara instant langsung
dapat dikirim melalui email kepada peserta didik. Presentasi aturan pembelajaran
terintegrasi secara baik melalui streaming vieo dan audio digital dari file
berbasis internet. Tampilan media iniberkisar dari klip video pendek yang
mendemonstrasikan konsep spesifik hingga video documenter berdurasi panjang. Penyajian
media bentuk ini biasa berupa PowerPoint atau Prezi Presentation yang mengintegrasikan
animasi, suara, dan hyperlinks dengan informasi digital.
2) Personal Response
System (PRS)
Flyn & Russell mengemukakan
bahwa guru dalam pembelajaran berbasis digital menggunakan perangkat digital handlehand,
seperti personal response system (PRS) atau biasa disebut sebagai “Clicker.”
PRS merupakan sebuah keypad wireless (tanpa kabel) seperti remot TV yang
mentransmisikan respon dari siswa. Karena setiap PRS diperuntukkan pada siswa
yang ditunjuk, maka sistem PRS dapat digunakan untuk mengecek
kehadiran/presensi siswa. Manfaat utama PRS adalah untuk mengetahui setiap
respon dari siswa dalam berbagai macam keadaan. Penggunaan PRS selama
pembelajaran mampu meningkatkan interaksi antara peserta didik dan guru di
kelas guna menghasilkan hasil pembelajaran yang lebih baik. Penggunaan PRS pada
dunia pendidikan diantaranya untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep,
membandingkan sikap siswa terhadap ide-ide yang berbeda,memprediksi situasi dengan
perumpamaan kondisi “Bagaimana jika…”(“What if”), dan memfasilitasi drill dan
praktik skill(keterampilan) dasar. PRS juga dapat digunakan sebagai media umpan
balik bagi guru dan siswa. Guru dapat menggunakan informasi ini untuk
membimbing jalannya diskusiguna membuat keputusan pembelajaran yang dibutuhkan
siswa.
3) Mobile Assessment
Tools
Weinstein mengemukakan
sumber komputasi seluler (mobile computing resources) memungkinkan guru untuk
merekam data assessmen siswa secara langsung dalam perangkat seluler (mobile
Device) yang mentransfer data ke komputer untuk membuat laporan. Sebagai
contoh, perangkat digital seluler digunakan untuk membuat catatan operasional
kemampuan membaca siswa SD atau data kinerja siswa yang diobservasi dalam
presentasi, eksperimen di laboratorium, atau tugas tulisan tangan siswa.
Perangkat seluler
tidak hanya menghemat waktu guru tetapi juga menyediakan pengaturan waktu dan
penilaian otomatis hasil belajar siswa. Guru dapat terus melakukan instruksi secara
individual karena ketersediaan hasil belajar langsung dapat diketahui. Data
penilaian mudah diunduh ke situs web yang aman dan dilindungi kata sandi yang
menawarkan berbagai opsi laporan dari seluruh siswa di kelas hingga siswa secara
perorangan.
4) Community of Practice
(Komunitas Praktik)
Guru di era digital
juga berpartisipasi dalam kegiatan community of practice (COP), dimana kelompok
guru atau pendidik yang mempunyai tujuan sama dari seluruh penjuru dunia saling
berbagi ide dan sumber daya. Interaksi berbasis internet ini memungkinkan guru
untuk berkolaborasi maupun bertukar gagasan dan materi. Komunitas guru dapat
mencakup pendidik yang mengajar dengan subjek pelajaran sama, atau guru yang
mengajar pada tingkat kelas yang sama. Guru yang tertarik dalam
mengintegrasikan teknologi ke dalam instruksi dapat memanfaatkan sumber daya
dan jaringan ahli, mentor, dan rekan-rekan baru yang didukung oleh berbagai
komunitas web.
Penggunaan teknologi dan media yang efektif
menuntut agar para guru lebih terorganisir di dalam menjalankan tugas pembelajarannya.
Diawali memikirkan tujuan pembelajaran, kemudian mengubah rutinitas kelas
sehari-hari sesuai kebutuhan, dan akhirnya mengevaluasi untuk menentukan dampak
dari instruksi yang digunakan pada kemampuan mental, perasaan, nilai, interpersonal
skill, dan keterampilan motoric siswa. Terdapat Standar Teknologi Pendidikan
Nasional untuk Guru (National Educational Technology Standards for Teacher/NETS-T)
yang memberikan lima pedoman dasar untuk menjadi guru digital. Seperti yang
terlihat pada Tabel NETS-T di bawah ini menjelaskan praktik kelas, pengembangan
pelajaran, dan harapan professional.
No comments:
Post a Comment