Breaking

Monday, January 23, 2023

Tinjauan Teoritis tentang Hasil Belajar Siswa

Hasil Belajar Siswa

1.    Pengertian Hasil belajar Siswa
Untuk memperoleh gambaran serta pemahaman yang jelas tentang pengertian Hasil belajar, terlebih dahulu penulis akan mencoba untuk mengungkapkan beberapa pendapat dari para tokoh tentang pengertian dari Hasil dan belajar. Hasil belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu Hasil dan belajar, dan kedua kata tersebut masing-masing mempunyai arti dan makna yang berbeda.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Hasil berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).[1] Dengan demikian, Hasil merupakan konsekuensi dari pekerjaan yang dilakukan pada masa yang telah lalu, akan tetapi hal ini lebih berorientasi pada kegiatan yang positif.
 Hasil adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.[2]
Dari beberapa pengertian tentang Hasil yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat memahami bahwa Hasil adalah hasil usaha atau kerja seseorang yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah dilakukan.
Belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, efektif dan psikomotorik.[3]
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono mengenai pengertian belajar secara psikologis ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingjah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.[4]
Kemudian Nana Sudjana mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditentukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya menerimanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.[5]
Sedangkan Muhibbin Syah berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.[6]
Dari beberapa perumusan belajar yang telah disebutkan di atas, walapun terdapat perbedaan-perbedaan tetapi secara prinsip mempunyai arti dan tujuan yang sama yaitu bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman itu sendiri.
 Hasil belajar siswa adalah proses yang di alami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis sintesis dan evaluasi.[7] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.[8] Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah Hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh beupa kesan-kesan yang membangkitkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari kreativitas belajar.[9]
Kemudian Nana Sudjana, Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.[10] Sedangkan menurut Muhibbin Syah Hasil belajar adalah segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa siswa sangat sulit. Hal ini karena perubahan hasil belajar itu yang tidak dapat diraba.[11]
Dalam tataran praktis, Hasil belajar diberikan kepada siswa di sekolah berupa angka-angka yang bersifat kuantitatif sebagai hasil evaluasi (semester) yang diselenggarakan oleh sekolah yang bersangkutan. Adakalanya angka-angka hasil penilaian tersebut diterjemahkan dalam bentuk kualitatif yang dalam istilah lain disebut juga ranking.
Keputusan tentrang hasil belajar merupakan umpan balik dan penguatan bagi siswa dan guru, serta menjadi puncak harapan siswa. Secara kejiwaan, proses belajar siswa akan dipengaruhi oleh hasil belajar yang telah diperolehnya, oleh sebab itu sekolah dan guru diharapkan berlaku arif dan bijaksana dalam menetapkan serta menyampaikan hasil belajar siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa Hasil belajar adalah segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar. Hasil belajar siswa sendiri merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Dengan demikian Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dari belajar itu sendiri, yang biasanya dikaitan dengan nilai pelajaran.


2.    Indikator Hasil belajar
Dalam proses belajar mengajar, hasil yang diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar dapat mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Keberhasilan dari proses belajar mengajar selain diukur dari segi prosesnya juga diukur dari seberapa jauh hasil yang telah dicapai oleh siswa. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan tujuan instruksional yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Sebelum membahas tentang macam-macam Hasil belajar siswa, penulis akan terlebih dahulu mengemukakan bentuk yang dilihat dari segi proses dan segi hasil (berkenaan dengan tujuan pembelajaran).
Belajar dari segi proses dikelompokkan ke dalam beberapa tipe, yaitu :
a.   Belajar signal; bentuk itu paling sempurna, yaitu memberikan reaksi terhadap rangsangan
b.   Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu membeikan reaksi yang berulang-ulang ketika terjadi reinforcement (penguatan)
c.   Belajar menbentuk rangkaian, yaitu menghubung-hubungkan gejala atau faktor yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi kesatuan (rangkaian) yang berarti
d.   Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata dan bahasa terhadap rangsangan yang diterima
e.   Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda dengan perangsang yang sifatnya hamper sama
f.     Belajar konsep, yaitu menempatkan obyek menjadi satu klasifikasi tertentu
g.   Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep
h.   Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahkan persoalan.[12]

Menurut penulis, hal di atas menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa itu sangat luas dan komplek. Bila berbagai aktivitas tersebut dapat diciptakan, tentu proses belajar di kelas akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal bahkan akan memperlancar perana pendidikan sebagai pusat transformasi berbagai nilai. Akan tetapi di sisi lain, hal ini merupakan tantangan yang menuntut jawaban dari para guru, karena kreativitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan belajar siswa yang diajarnya.
Sedangkan bentuk belajar yang berkaitan dengan hasil (berdasakan tujuan pembelajaran) terdiri dari lima jenis, yaitu :
a.   Belajar kemahiran intelektual; yang termasuk dalam tipe ini ialah :
1)     Belajar konsep, yaitu kesanggupan membedakan beberapa obyek berdasakan ciri-ciri tertentu. Untuk itu diperlukan pengamatan yang cermat dari ciri-ciri obyek tersebut, seperti bentuk, ukuran, warna dan lain-lain. Kemampuan membedakan obyek dipengaruhi oleh kematangan, pertumbuhan dan pendidikan individu.
2)     Belajar diskriminasi, yaitu kesanggupanmenempatkan obyek dengan ciri yang sama, menjadi satu kelompok (klasifikasi) tertentu. Konsep diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan dan banyak terjadi dalam realitas kehidupan serta dinyatakan dalam bentuk bahasa.
3)     Belajar kaidah, yaitu belajar yang dilakukan melalui symbol bahasa maupun tulisan.
b.   Belajar informasi verbal, yaitu kondisi belajar yang berlaku umum seperti di sekolah, seperti membaca, mengarang, bercerita, mendengarkan uraian guru dan sebagainya.
c.   Belajar mengatur kegiatan intelektual, yaitu belajar yang menekankan pada kesanggupan memecahkan masalah melalui konsep dan kaidah yang dimiliki siswa. Dengan kata lain, tipe ini menekankan pada sisi kognitif.
d.   Belajar sikap, yaitu kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Hasil belajar sikap nampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan dan sebagainya.
e.   Belajar keterampilan motorik, yaitu belajar yang berhubungan dengan kesanggupan menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian yang teratur, luwes, tetap cepat dan lancar.[13]

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan tujuan instruksional yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh kemampuan guru sebagai perancang belajar mengajar. Hasil belajar yang dicapai siswa dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu Hasil bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil bidang kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni :
a.   Ingatan, mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar.
b.   Pemahaman, mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupkan tingkat berpikir yang rendah.
c.   Penerapan, mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan, prinsip.
d.   Analisis, mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.
e.   Sintesis, mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
f.     Evaluasi, mengacu kepada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi.[14]
Hasil bidang afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek sebagai berikut :
a.   Penerimaan, mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat.
b.   Pemberian respon, reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang dating dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya.
c.   Penilaian, mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi ‘sikap’ dan ‘apresiasi’.
d.   Pengorganisasian, mengacu kepada penyatuan nilai, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e.   Karakterisasi, mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat berkembang dengan teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujun dalam kategori ini bisa ada hubungannya dengan ketentua pribadi, sosial, dan emosi siswa.[15]

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan , yakni :
a.   Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar
b.   Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c.   Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain
d.   Kemapuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan
e.   Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks
f.     Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interprestatif.[16]

Ketiga kategori tersebut tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah yang nampak dari perubahan tingkah laku yang secara teknis dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan instruksional (pengajaran).
Muhibbin Syah, secara rinci memberikan gambaran tentang indikator Hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) dan cara melakukan evaluasi terhadap ketiga kategori tersebut, sebagaimana tertera pada tabel berikut :
Tabel 1
Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Hasil Belajar

Ranah/Jenis Hasil

Indikator

Cara Evaluasi

a) Kognitif

1. Pengamatan


1.   Menunjukkan
2.   Membandingkan
3.   Menghubungkan

1.   Tes lisan
2.   Tes tertulis
3.   Observasi
2. Ingatan
1.   Menyebutkan
2.   Menunjukkan kembali
1.   Tes lisan
2.   Tes tertulis
3.   Observasi
3. Pemahaman
1.   Menjelaskan
2.   mendefinisikan
1.   Tes lisan
2.   Tes tertulis
4. Penerapan
1.   Memberikan contoh
2.   Mendefinisikan
1.   Tes lisan
2.   Pemberian tugas
3.   Observasi
5. Analisis
1.   Menguraikan
2.   Mengklasifikasikan
1.   Tes tertulis
2.   Pemberian tugas
6. Sintesis
1.   Menghubungkan
2.   Menyimpulkan
3.   Menggenerasasikan
1.   Tes tertuli
2.   Pemberian tugas

b) Afektif

1. Penerimaan

1.   Sikap menerima
2.   Sikap menolak

1.   Tes tertulis
2.   Tes skala sikap
3.   Observasi
2. Sambutan
1.   Berpartisipasi
2.   Memanfaatkan (peluang)
1.   Tes tertulis
2.   Tes skala sikap
3.   Observasi
3. Apresiasi
1.   Menganggap penting dan bermanfaat
2.   Menganggap indah dan harmonis
3.   Mengagumi
1.   Tes skala sikap
2.   Pemberian tugas
3.   Observasi
4. Internalisasi
1.   Mengakui dan meyakini
2.   Mengingkari
1.   Tes skala sikap
2.   Pemberian tugas
3.   Observasi
5. Karakterisasi
1.   Melembagakan/meniadakan
2.   Menjelmakan dalam perilaku
1.   Pemberian tugas
2.   Observasi

c) Psikomotorik

1.   Keterampilan bergerak dan bertindak


1.   Mengkoordinasikan gerak anggota tubuh



1.   Observasi
2.   Tes tindakan
2.   Kecapanan ekspresi verbal dan non verbal

1.   Mengucapkan
2.   Membuat mimik dan gerakan jasmani
1.   Tes lisan
2.   Observasi
3.   Tes tindakan [17]


Tipe-tipe hasil di atas juga menjadi pedoman bagi guru dalam menetapkan keberhasilan belajar siswa. Hal ini amat penting, karena mempertimbangakan batas minimal keberhasilan siswa bukanlah perkara mudah. Mengingat ranah-ranah psikologis di atas, walaupun berkaitan sama lain, kenyataannya sukar diungkap sekaligus bila hanya melihat perubahan yang terjadi hanya pada ranah tertentu saja. Oleh Karena itu, guru hendaknya selektif dan objektif Dallam  memberikan penilaian terhadap hal belajar siswa, agar siswa pun merasa puas terhadap hasil belajar yang mereka tempuh selama jangka waktu tertentu.
Adapun indikator keberhasilan belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam, yaitu sebagai berikut :
a.   Siswa memiliki pengetahuan fungsional tentang agama Islam dan mengamalkannya
b.   Siswa meyakini kebenaran ajaran agama Islam dan menghormati orang lain meyakini agamanya pula
c.   Siswa bergairah dalam melaksanakan ibadah
d.   Siswa memiliki sifat kepribadian muslim (akhlak mulia)
e.   Siswa mampu membaca dan memahami kitab suci Al-Qur’an
f.     Siswa rajin dan giat belajar serta gemar membaca buku
g.   Siswa mampu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah
h.   Siswa memahami, menghayati dan mengambil manfaat dari tarikh Islam
i.     Siswa mampu menciptakan suasana kerukunan beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.[18]

Adapun Hasil (standar kompetensi) yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa SMP setelah mempelejari PAI, yaitu sebagai berikut :
a.   Mampu membaca Al-qur'an surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya, mengartikan dan menyalinnya, serta mampu membaca, mengartikan dan meyalin hadits-hadits pilihan.
b.   Beriman kepada Allah dam lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap, perilaku dan akhlak dalam dimensi vertical maupun horizontal.
c.   Mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntutan syari'at Islam, baik ibadah wajib dan ibadah sunah maupun muamalah.
d.   Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap dan kepribadian Rasulullah SAW serta khulafaur rasyidin.
e.   Mampu mengambil manfaat dari sejarah peradaban Islam.[19]

Standar kompetensi mata pelajaran pendidikan agama Islam di atas berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT, sesuai dengan petunjuk ajaran Islam.

3.    Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar
Belajar sebagai proses interaksi dan internalisasi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Proses interaksi dan internalisasi tersebut dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera dan ditindaklanjuti melalui proses sosialisasi yang pada akhirnya akan melahirkan sebuah pengalaman, selanjutnya dari pengalaman penyebabkan terjadinya perubahan pada diri individu. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa mrupakan hasil antara interaksi berbagai faktor yang dipengaruhi, baik internal (dari dalam) maupun eksternal (dari luar).
a.   Faktor internal meliputi dua aspek, yaitu :
1)   Aspek fisiologis (yang bersifat jasmani)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya juga kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan, indra penglihatan dan pendengaran yang sangat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa serta kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.
1)   Aspek psikologis
Faktor-faktor rohani yang termasuk aspek psikologis dan dapat mempengaruhi juantitas dan kualitas pembelajaran siswa adalah sebagai berikut yaitu : tingkat kecerdasan atau intelegebsi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa. [20]

b.   Faktor eksternal terdiri atas tiga macam :
1)   Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi orang tua, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
2)   Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa lainnya, disiplin sekolah, sarana dan prasarana pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, metode belajar dan tugas rumah, (PR).
3)   Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, media massa dan budaya hidup masyarakat.[21]

Ketiga lingkungan di atas (keluarga, sekolah dan masyarakat) merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkungan itulah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang kompleks, yang di dalamnya juga terdapat proses interdependensi (ketergantungan). Dari ketiga faktor tersebut mempunyai pangaruh sukup signifikan terhadap kegiatan belajar anak didik.
Berdasarkan berbagai pendapat yang telah penulis kemukakan di atas, dapat dikatahui bahwa Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik. Dan salah satu faktor yang dianggap cukup dominant terhadap pencapaian Hasil belajar siswa adalah faktor instrumental input (faktor-faktor yang sengaja dirancang atau dimanipulasikan), termasuk di dalamnya adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas pada proses belajar mengajar.




[1] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), h. 768
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha Nasional, 1994), h. 21
[3] Sardiman, A. M., op. cit., h. 21
[4] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 121
[5] Nana Sudjana, op. cit., h. 28
[6] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 90
[7] Reni Akbar Hawadi, Akselerasi, (Jakarta ; Gramedia Sarana Indonesia, 2004), h. 66
[8] W. J. S. Poerwadarminta, op. cit., h. 787
[9] Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 23
[10] Nana Sudjana, et. al. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h. 22
[11] Muhibbin Syah, op. cit., h. 150
[12] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, op. cit., h. 46
[13] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 251-252
[14] Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 35 
[15] Ibid., h. 36
[16] Nana Sudjana, et. al. op. cit., h. 31
[17] Muhibbin Syah, op. cit., h. 151-152
[18] Departemen Agama RI., Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum / GBPP Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Dirjen Binbaga Islam, 1994), h. 5-9
[19] Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas RI., Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP, (Jakarta: Depdiknas RI., 2003), h. 11
[20] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 56-57
[21] Ibid., h. 69-71



No comments:

Post a Comment