1. Pengertian Hasil belajar Siswa
Untuk
memperoleh gambaran serta pemahaman yang jelas tentang pengertian Hasil
belajar, terlebih dahulu penulis akan mencoba untuk mengungkapkan beberapa
pendapat dari para tokoh tentang pengertian dari Hasil dan belajar. Hasil
belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu Hasil dan
belajar, dan kedua kata tersebut masing-masing mempunyai arti dan makna yang
berbeda.
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata Hasil berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah
dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).[1] Dengan demikian, Hasil
merupakan konsekuensi dari pekerjaan yang dilakukan pada masa yang telah lalu,
akan tetapi hal ini lebih berorientasi pada kegiatan yang positif.
Hasil adalah penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam
kurikulum.[2]
Dari beberapa pengertian tentang Hasil yang telah
dikemukakan di atas, penulis dapat memahami bahwa Hasil adalah hasil usaha atau
kerja seseorang yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah dilakukan.
Belajar adalah
sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju perkembangan
pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa,
ranah kognitif, efektif dan psikomotorik.[3]
Menurut Abu Ahmadi
dan Widodo Supriyono mengenai pengertian belajar secara psikologis ialah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingjah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.[4]
Kemudian Nana Sudjana
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditentukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya,
sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya menerimanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.[5]
Sedangkan Muhibbin
Syah berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi
dalam diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman yang
dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.[6]
Dari beberapa
perumusan belajar yang telah disebutkan di atas, walapun terdapat
perbedaan-perbedaan tetapi secara prinsip mempunyai arti dan tujuan yang sama
yaitu bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau interaksi yang dilakukan
individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman itu sendiri.
Hasil belajar siswa adalah proses yang di alami
siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman,
penerapan, daya analisis sintesis dan evaluasi.[7] Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh guru.[8] Sedangkan menurut
Syaiful Bahri Djamarah Hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh beupa
kesan-kesan yang membangkitkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
kreativitas belajar.[9]
Kemudian Nana
Sudjana, Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya.[10] Sedangkan menurut
Muhibbin Syah Hasil belajar adalah segenap ranah psikologis yang berubah
sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian,
pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa
siswa sangat sulit. Hal ini karena perubahan hasil belajar itu yang tidak dapat
diraba.[11]
Dalam tataran
praktis, Hasil belajar diberikan kepada siswa di sekolah berupa angka-angka
yang bersifat kuantitatif sebagai hasil evaluasi (semester) yang
diselenggarakan oleh sekolah yang bersangkutan. Adakalanya angka-angka hasil
penilaian tersebut diterjemahkan dalam bentuk kualitatif yang dalam istilah
lain disebut juga ranking.
Keputusan tentrang
hasil belajar merupakan umpan balik dan penguatan bagi siswa dan guru, serta
menjadi puncak harapan siswa. Secara kejiwaan, proses belajar siswa akan
dipengaruhi oleh hasil belajar yang telah diperolehnya, oleh sebab itu sekolah
dan guru diharapkan berlaku arif dan bijaksana dalam menetapkan serta
menyampaikan hasil belajar siswa.
Berdasarkan pemaparan
di atas, dapat penulis simpulkan bahwa Hasil belajar adalah segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar. Hasil
belajar siswa sendiri merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru. Dengan demikian Hasil belajar merupakan
hasil yang dicapai dari belajar itu sendiri, yang biasanya dikaitan dengan
nilai pelajaran.
2.
Indikator
Hasil belajar
Dalam
proses belajar mengajar, hasil yang diharapkan dapat dicapai siswa penting
diketahui oleh guru, agar dapat mendesain pengajaran secara tepat dan penuh
arti. Keberhasilan dari proses belajar mengajar selain diukur dari segi
prosesnya juga diukur dari seberapa jauh hasil yang telah dicapai oleh siswa. Hasil
belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan tujuan
instruksional yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Sebelum membahas tentang
macam-macam Hasil belajar siswa, penulis akan terlebih dahulu mengemukakan
bentuk yang dilihat dari segi proses dan segi hasil (berkenaan dengan tujuan
pembelajaran).
Belajar
dari segi proses dikelompokkan ke dalam beberapa tipe, yaitu :
a.
Belajar
signal; bentuk itu paling sempurna, yaitu memberikan reaksi terhadap rangsangan
b.
Belajar
mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu membeikan reaksi yang
berulang-ulang ketika terjadi reinforcement (penguatan)
c.
Belajar
menbentuk rangkaian, yaitu menghubung-hubungkan gejala atau faktor yang satu
dengan yang lain, sehingga menjadi kesatuan (rangkaian) yang berarti
d.
Belajar
asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
terhadap rangsangan yang diterima
e.
Belajar
membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda dengan
perangsang yang sifatnya hamper sama
f.
Belajar
konsep, yaitu menempatkan obyek menjadi satu klasifikasi tertentu
g.
Belajar
kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep
h.
Belajar
memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk
memecahkan persoalan.[12]
Menurut
penulis, hal di atas menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa itu sangat luas
dan komplek. Bila berbagai aktivitas tersebut dapat diciptakan, tentu proses
belajar di kelas akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi
pusat aktivitas belajar yang maksimal bahkan akan memperlancar perana
pendidikan sebagai pusat transformasi berbagai nilai. Akan tetapi di sisi lain,
hal ini merupakan tantangan yang menuntut jawaban dari para guru, karena
kreativitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan belajar
siswa yang diajarnya.
Sedangkan
bentuk belajar yang berkaitan dengan hasil (berdasakan tujuan pembelajaran)
terdiri dari lima jenis, yaitu :
a.
Belajar
kemahiran intelektual; yang termasuk dalam tipe ini ialah :
1)
Belajar
konsep, yaitu kesanggupan membedakan beberapa obyek berdasakan ciri-ciri
tertentu. Untuk itu diperlukan pengamatan yang cermat dari ciri-ciri obyek
tersebut, seperti bentuk, ukuran, warna dan lain-lain. Kemampuan membedakan
obyek dipengaruhi oleh kematangan, pertumbuhan dan pendidikan individu.
2)
Belajar
diskriminasi, yaitu kesanggupanmenempatkan obyek dengan ciri yang sama, menjadi
satu kelompok (klasifikasi) tertentu. Konsep diperoleh melalui interaksi dengan
lingkungan dan banyak terjadi dalam realitas kehidupan serta dinyatakan dalam
bentuk bahasa.
3)
Belajar
kaidah, yaitu belajar yang dilakukan melalui symbol bahasa maupun tulisan.
b.
Belajar
informasi verbal, yaitu kondisi belajar yang berlaku umum seperti di sekolah,
seperti membaca, mengarang, bercerita, mendengarkan uraian guru dan sebagainya.
c.
Belajar
mengatur kegiatan intelektual, yaitu belajar yang menekankan pada kesanggupan
memecahkan masalah melalui konsep dan kaidah yang dimiliki siswa. Dengan kata
lain, tipe ini menekankan pada sisi kognitif.
d.
Belajar
sikap, yaitu kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu
obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Hasil belajar sikap nampak
dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan dan sebagainya.
e.
Belajar
keterampilan motorik, yaitu belajar yang berhubungan dengan kesanggupan
menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian yang teratur,
luwes, tetap cepat dan lancar.[13]
Hasil belajar yang
dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan tujuan instruksional yang
direncanakan oleh guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh kemampuan guru
sebagai perancang belajar mengajar. Hasil belajar yang dicapai siswa dibedakan
menjadi tiga tingkatan, yaitu Hasil bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil bidang kognitif berkenaan dengan
hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni :
a.
Ingatan, mengacu kepada kemampuan mengenal atau
mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada
teori-teori yang sukar.
b.
Pemahaman, mengacu kepada kemampuan memahami makna
materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupkan tingkat
berpikir yang rendah.
c.
Penerapan, mengacu kepada kemampuan menggunakan atau
menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
penggunaan aturan, prinsip.
d.
Analisis, mengacu kepada kemampuan menguraikan materi
ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan
di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya
dapat lebih dimengerti.
e.
Sintesis, mengacu kepada kemampuan memadukan konsep
atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan
tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
f.
Evaluasi, mengacu kepada
kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan
tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi.[14]
Hasil bidang afektif berkenaan dengan
sikap yang terdiri dari lima aspek sebagai berikut :
a.
Penerimaan, mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan
memperhatikan dan memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat.
b.
Pemberian respon, reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang dating dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada
dirinya.
c.
Penilaian, mengacu kepada nilai atau pentingnya kita
menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi
seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut
dapat diklasifikasikan menjadi ‘sikap’ dan ‘apresiasi’.
d.
Pengorganisasian, mengacu kepada penyatuan nilai, yakni
pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu
nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah
dimilikinya.
e.
Karakterisasi, mengacu kepada karakter dan gaya hidup
seseorang. Nilai-nilai sangat berkembang dengan teratur sehingga tingkah laku
menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujun dalam kategori ini
bisa ada hubungannya dengan ketentua pribadi, sosial, dan emosi siswa.[15]
Hasil belajar
psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu. Ada enam tingkatan keterampilan , yakni :
a.
Gerakan
refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar
b.
Keterampilan
pada gerakan-gerakan dasar
c.
Kemampuan
perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif,
motoris, dan lain-lain
d.
Kemapuan
di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan
e.
Gerakan-gerakan
skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks
f.
Kemampuan
yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan
interprestatif.[16]
Ketiga kategori
tersebut tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang
hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah
yang nampak dari perubahan tingkah laku yang secara teknis dirumuskan dalam
sebuah pernyataan verbal melalui tujuan instruksional (pengajaran).
Muhibbin
Syah, secara rinci memberikan gambaran tentang indikator Hasil belajar
(kognitif, afektif dan psikomotorik) dan cara melakukan evaluasi terhadap
ketiga kategori tersebut, sebagaimana tertera pada tabel berikut :
Tabel 1
Jenis, Indikator dan
Cara Evaluasi Hasil Belajar
Ranah/Jenis
Hasil
|
Indikator
|
Cara Evaluasi
|
a) Kognitif
1.
Pengamatan
|
1.
Menunjukkan
2.
Membandingkan
3.
Menghubungkan
|
1.
Tes lisan
2.
Tes tertulis
3.
Observasi
|
2.
Ingatan
|
1.
Menyebutkan
2.
Menunjukkan kembali
|
1.
Tes lisan
2.
Tes tertulis
3.
Observasi
|
3.
Pemahaman
|
1.
Menjelaskan
2.
mendefinisikan
|
1.
Tes lisan
2.
Tes tertulis
|
4.
Penerapan
|
1.
Memberikan contoh
2.
Mendefinisikan
|
1.
Tes lisan
2.
Pemberian tugas
3.
Observasi
|
5.
Analisis
|
1.
Menguraikan
2.
Mengklasifikasikan
|
1.
Tes tertulis
2.
Pemberian tugas
|
6.
Sintesis
|
1.
Menghubungkan
2.
Menyimpulkan
3.
Menggenerasasikan
|
1.
Tes tertuli
2.
Pemberian tugas
|
b) Afektif
1.
Penerimaan
|
1.
Sikap menerima
2.
Sikap menolak
|
1.
Tes tertulis
2.
Tes skala sikap
3.
Observasi
|
2.
Sambutan
|
1.
Berpartisipasi
2.
Memanfaatkan (peluang)
|
1.
Tes tertulis
2.
Tes skala sikap
3.
Observasi
|
3.
Apresiasi
|
1.
Menganggap penting dan bermanfaat
2.
Menganggap indah dan harmonis
3.
Mengagumi
|
1.
Tes skala sikap
2.
Pemberian tugas
3.
Observasi
|
4.
Internalisasi
|
1.
Mengakui dan meyakini
2.
Mengingkari
|
1.
Tes skala sikap
2.
Pemberian tugas
3.
Observasi
|
5.
Karakterisasi
|
1.
Melembagakan/meniadakan
2.
Menjelmakan dalam perilaku
|
1.
Pemberian tugas
2.
Observasi
|
c) Psikomotorik
1.
Keterampilan bergerak dan bertindak
|
1.
Mengkoordinasikan gerak anggota tubuh
|
1.
Observasi
2.
Tes tindakan
|
2.
Kecapanan ekspresi verbal dan non verbal
|
1.
Mengucapkan
2.
Membuat mimik dan gerakan jasmani
|
1.
Tes lisan
2.
Observasi
3.
Tes tindakan [17]
|
Tipe-tipe
hasil di atas juga menjadi pedoman bagi guru dalam menetapkan keberhasilan
belajar siswa. Hal ini amat penting, karena mempertimbangakan batas minimal
keberhasilan siswa bukanlah perkara mudah. Mengingat ranah-ranah psikologis di
atas, walaupun berkaitan sama lain, kenyataannya sukar diungkap sekaligus bila
hanya melihat perubahan yang terjadi hanya pada ranah tertentu saja. Oleh
Karena itu, guru hendaknya selektif dan objektif Dallam memberikan penilaian terhadap hal belajar
siswa, agar siswa pun merasa puas terhadap hasil belajar yang mereka tempuh
selama jangka waktu tertentu.
Adapun indikator keberhasilan belajar
siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam, yaitu sebagai berikut :
a.
Siswa
memiliki pengetahuan fungsional tentang agama Islam dan mengamalkannya
b.
Siswa meyakini kebenaran ajaran agama Islam
dan menghormati orang lain meyakini agamanya pula
c.
Siswa
bergairah dalam melaksanakan ibadah
d.
Siswa
memiliki sifat kepribadian muslim (akhlak mulia)
e.
Siswa
mampu membaca dan memahami kitab suci Al-Qur’an
f.
Siswa
rajin dan giat belajar serta gemar membaca buku
g.
Siswa
mampu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah
h.
Siswa
memahami, menghayati dan mengambil manfaat dari tarikh Islam
i.
Siswa
mampu menciptakan suasana kerukunan beragama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.[18]
Adapun
Hasil (standar kompetensi) yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa SMP
setelah mempelejari PAI, yaitu sebagai berikut :
a.
Mampu
membaca Al-qur'an surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya, mengartikan dan
menyalinnya, serta mampu membaca, mengartikan dan meyalin hadits-hadits
pilihan.
b.
Beriman
kepada Allah dam lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsinya serta
terefleksi dalam sikap, perilaku dan akhlak dalam dimensi vertical maupun
horizontal.
c.
Mampu
beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntutan syari'at Islam, baik
ibadah wajib dan ibadah sunah maupun muamalah.
d.
Mampu
berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap dan kepribadian Rasulullah SAW
serta khulafaur rasyidin.
e.
Mampu
mengambil manfaat dari sejarah peradaban Islam.[19]
Standar
kompetensi mata pelajaran pendidikan agama Islam di atas berorientasi pada
perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam
rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT, sesuai dengan
petunjuk ajaran Islam.
3.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Hasil belajar
Belajar
sebagai proses interaksi dan internalisasi antara diri manusia dengan
lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.
Proses interaksi dan internalisasi tersebut dilakukan secara aktif dengan
segenap panca indera dan ditindaklanjuti melalui proses sosialisasi yang pada
akhirnya akan melahirkan sebuah pengalaman, selanjutnya dari pengalaman
penyebabkan terjadinya perubahan pada diri individu. Hasil belajar yang dicapai
oleh siswa mrupakan hasil antara interaksi berbagai faktor yang dipengaruhi,
baik internal (dari dalam) maupun eksternal (dari luar).
a.
Faktor
internal meliputi dua aspek, yaitu :
1)
Aspek
fisiologis (yang bersifat jasmani)
Kondisi umum jasmani
dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya juga kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat
kesehatan, indra penglihatan dan pendengaran yang sangat mempengaruhi semangat
dan intensitas siswa serta kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan.
1)
Aspek
psikologis
Faktor-faktor rohani
yang termasuk aspek psikologis dan dapat mempengaruhi juantitas dan kualitas
pembelajaran siswa adalah sebagai berikut yaitu : tingkat kecerdasan atau
intelegebsi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
[20]
b.
Faktor
eksternal terdiri atas tiga macam :
1)
Faktor
keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi orang tua, pengertian orang tua dan latar
belakang kebudayaan.
2)
Faktor sekolah, meliputi metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa lainnya,
disiplin sekolah, sarana dan prasarana pembelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran, metode belajar dan tugas rumah, (PR).
3)
Faktor
masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, media
massa dan budaya hidup masyarakat.[21]
Ketiga lingkungan di
atas (keluarga, sekolah dan masyarakat) merupakan bagian dari kehidupan anak
didik. Dalam lingkungan itulah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata
rantai kehidupan yang kompleks, yang di dalamnya juga terdapat proses
interdependensi (ketergantungan). Dari ketiga faktor tersebut mempunyai
pangaruh sukup signifikan terhadap kegiatan belajar anak didik.
Berdasarkan
berbagai pendapat yang telah penulis kemukakan di atas, dapat dikatahui bahwa Hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik.
Dan salah satu faktor yang dianggap cukup dominant terhadap pencapaian Hasil
belajar siswa adalah faktor instrumental input (faktor-faktor yang sengaja
dirancang atau dimanipulasikan), termasuk di dalamnya adalah kemampuan guru
dalam mengelola kelas pada proses belajar mengajar.
[1]
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta : Balai
Pustaka, 1999), h. 768
[2]
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,
(Surabaya : Usaha Nasional, 1994), h. 21
[3]
Sardiman, A. M., op. cit., h. 21
[4]
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1991), h. 121
[5]
Nana Sudjana, op. cit., h. 28
[6]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 90
[7]
Reni Akbar Hawadi, Akselerasi, (Jakarta
; Gramedia Sarana Indonesia ,
2004), h. 66
[8]
W. J. S. Poerwadarminta, op. cit., h. 787
[9]
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 23
[10]
Nana Sudjana, et. al. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 22
[11]
Muhibbin Syah, op. cit., h. 150
[12] Nana Sudjana, Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar, op. cit., h. 46
[13] Dimyati dan Mudjiono,
Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h.
251-252
[14]
Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 35
[15]
Ibid., h. 36
[16]
Nana Sudjana, et. al. op. cit., h. 31
[17]
Muhibbin Syah, op. cit., h. 151-152
[18]
Departemen Agama RI., Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum / GBPP Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta : Dirjen Binbaga Islam, 1994), h. 5-9
[19] Pusat Kurikulum
Balitbang Depdiknas RI., Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP, (Jakarta : Depdiknas RI., 2003), h. 11
[20]
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1995), h. 56-57
[21]
Ibid., h. 69-71
No comments:
Post a Comment