A. Pengertian Pendidikan Islam
Islam adalah nama
agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw.Islam berisi seperangkat ajaran
tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada
Al-Qur’an dan Hadits serta akal.[1]. Pengertian
pendidikan dapat di tinjau dari dua segi. Dari segi pandangan masyarakat,
pendidikan berarti pewarisan kebudayaan
dari generasi tua kepada generasi muda. Dilihat dengan kaca mata individu,
pendidikan berarti pengembangan potensi - potensi yang terpendam dan
tersembunyi karena manusia mempunyai berbagai bakat dan kemampuan intelektual
beraneka ragam.[2]
Jadi
pendidikan menurut pandangan individu adalah menggarap kekayaan yang
terdapat pada setiap individu agar ia dapat
dinikmati oleh individu dan selanjutnya
oleh masyarakat.
Menurut Ahmat Tafsir bahwa Pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[3]
Dari sudut pandang
bahasa, pendidikan Islam tentu saja berasal dari khazanah istilah bahasa Arab
yang diterjemahkan, mengingat dalam bahasa itulah ajaran Islam diturunkan.
Menurut yang tersirat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, dua sumber utama dalam
ajaran Islam, istilah yang dipergunakan dan dianggapnya relevan sebagai
gambaran konsep dan aktivitas pendidikan
Islam itu ada tiga, masing-masing : التربية, التعلم
و التعديد.
Kata التربية mempunyai tiga asal kata. Pertama, kata تربية berasal dari
kata “ ربّ - يربّ” yang berarti
bertambah dan tumbuh. Kedua, kata التربية
dari kata “ ربّي – يربّ” berarti tumbuh dan
berkembang. Ketiga, at-tarbiyah berasal dari kata “ربّ
- يربّ” berarti memperbaiki menguasai urusan,
menuntut, menjaga dan memelihara.[4]
Dengan demikian
istilah pendidikan yang relevan dengan rekaan konsep bahasa Arabnya adalah
at-tarbiyah, sehingga istilah pendidikan islam akan menjadi التربية الإسلامية, bukan التعليم الإسلامية ataupun التعديد الإسلامية.
Dibawah ini akan
diuraikan beberapa pengertian tentang pendidikan Islam menurut beberapa ahli,
sesuai dengan pandangan masing-masing :
1.
Menurut
Nur Uhbiyati pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan seorang dewasa
kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.[5]
2.
Menurut
Ahmat Tafsir Pendidikan Islam ialah bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal, atau proses menuju perkembangan yang sempurna, seseorang tidak hanya
dipengaruhi oleh orang lain, ia juga menerima pengaruh dari selain manusia.[6]
3.
Menurut
Zakiah Darajat pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim dengan
perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam.[7]
Lebih lanjut
dijelaskan dalam Senimar Pendidikan IslamSe-Indonesia tanggal 7 s/d 11 Mei 1960
di Cipayung – Bogor yang hasilnya menyatakan : Pendidikan Islam adalah
bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan
hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya
semua ajaran Islam.[8]
Dengan kata lain
pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai proses mengarahkan dan membimbing
manusia didik ke arah pendewasaan pribadi yang beriman dan berilmu pengetahuan
yang saling memperkokoh dalam perkembangan mencapai titik optimal kemampuannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan Islam yang berperan inovatif adalah pendidikan yang
berorientasi kepada kebutuhan hidup manusia masa mendatang dimana ruang
lingkupnya bersifat mengendalikan nafsu diri pribadi dan masyarakat,
B. Dasar atau Landasan Pendidikan Islam
Manusia menurut hakikatnya, adalah
makhluk belajar. Ia lahir tanpa memiliki pengetahuan, sikap dan kecakapan
apapun, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi mengetahui, mengenal dan
menguasai banyak hal. Itu terjadi karena ia belajar dengan menggunakan potensi
dan kapasitas diri yang telah dianugrahkan Allah kepadanya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam (QS. An-Nahl : 78)
وَاللَّهُ
اَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ اُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ
لَكُمْ السَّمْعِ وَاْلاَبْصَاَر وَاْلاَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.
(النحل : 78)
“Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur”.(QS. An-Nahl : 78).[9]
Manusia adalah mahluk yang paling
sempurna yang dikaruniai akal untuk berpikir merupakan alat untuk menuntut ilmu
dan ilmu adalah alat untuk mengembangkan bakat dan pengetahuan manusia, maka
Islam memerintahkan manusia untuk menuntut ilmu.
Pendidikan Islam bertugas pokok
mengilmiahkan wawasan atau pandangan tentang pendidikan yang terdapat didalam
sumber-sumber pokoknya dengan bantuan dari para sahabat dan ulama.dalam sumber
pokok itu terdapat bahan fundamental yang mengandung nilai kepribadian atau
implikasi-implikasi kependidikan yang masih berserakan untuk dibentuk menjadi
suatu ilmu pendidikan Islam.
Islam adalah agama Allah yang
diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya guna diajarkan kepada manusia. Ia dibawa
secara kontinium dari suatu generasi kegenerasi selanjutnya. Ia adalah rahmat,
hidayah dan petunjuk bagi manusia yang berkelana dalam kehidupan duniawi,
sebagai perwujudan dari sifat Rohman dan Rahim Allah. Ia juga merupakan agama
yang telah sempurna terhadap yang ada sebelumnya.[10]
Sebelum membahas dasar-dasar atau
landasan pendidikan Islam, perlu diketahui apakah arti dasar tersebut.
Dasar
adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut
tagak kokoh berpijak. Dasar suatu bangunan yaitu fondamen yang menjadi landasan
bangunan tersebut agar bangunan itu tegak dan kokoh berdiri. Demikian pula
dasar pendidikan Islam yaitu fondamen yang menjadi landasan atau asas agar
pendidikan Islam dapat tegak berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin
kencang berupa ideology yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang.
Dengan adanya dasar ini maka pendidikan Islam akan tegak berdiri dan tidak akan
mudah diombang-ambingkan oleh pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun
mempengaruhinya.[11]
Sebagaimana di ketahui bersama bahwa
sumber utama pendidikan Islam adalah kitab suci Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah,
serta pendapat para sahabat dan ulama atau ilmuwan muslim sebagai tambahan.
1.
Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad yang dinukilkan secara mutawatir kepada kita
yang isinya berupa petunjuk bagi kebahagiaan kepada orang yang percaya
kepadanya, berupa aqidah dan Syariah.[12]
Sebagai pedoman hidup manusia Al-Qur’an juga sebagai penutup adanya
kitab-kotab suci sebelumnya yang didalamnya terdapat aqidah, syariah (ibadah
dan muamalah), akhlak, kisah-kisah masa lampau, berita yang akan datang, dan
pengetahuan-pengetahuan penting lainnya.
Di dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan
manusia untuk menggali ilmu pengetahuan yang luas di muka bumi. Sebagaimana
Allah berfirman didalam Al-Qur’an, yang pertama kali turun adalah berkenaan
disamping maslah keimanan juga pendidikan. Firman Allah :
إِقْرَا بِاسْمِ
رَبِّكَ الَّذِى خَلَقْ. خَلَقَ اْلإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. إِقْرَا وَرَبُّكَ
اْلأَكْرَمُ. اَّلذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ اْلإِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَم.
(العلق : 1 – 5)
“Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhan mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Tuhan mu lah yang paling pemurah yang mengajar
(manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahui”. (Qs. Al-Alaq : 1-5).[13]
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat
Islam mempunyai satu sendi utma yang esensial. Ia juga memberikan petunjuk
kejalan sebaik-baiknya. Al-Qur’an merupakan kitab yang otentiksitasnya dijamin
dan dipelihara oleh Allah. Al-Qur’an menjelaskan dalam salah satu ayatnya :
اِنَّا نَحْنُ
نَزَلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّالَهُ لَحفِظُوْنَ (الحجر : 9)
“Sesungguhnya
kami yang menurunkan Al-Qur’an dan kamilah benar-benar yang memeliharanya”.
(QS. Al-Hijr : 9)[14]
Dari ayat diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa seolah-olah Allah berkata hendaklah manusia meyakini akan
adanya Tuhan pencipta manusia (dari segumpal darah), selanjutnya untuk
memperkokok keyakinan dan pemeliharaannya agar tidak luntur hendaklah
melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
2.
As-Sunnah
Menurut bahasa Hadits diartikan sebagai
khabar, sedangkan menurut istilah ialah segala ucapan Nabi, segala perbuatan
beliau dan segala keadaan beliau.(taqrir).[15]
Lebih jelasnya lagi berikut ini adalah
beberapa tambahan penjelasan mengenai sunah dalam hubungannya dengan Al-Qur’an.
1.
Sebagai bayan tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat secara
umum mujmal dan musfarok.
2.
Sebagai bayan taqrir, yaitu sunah berfungsi untuk
memperkokoh ayat Al-Qur’an
3.
Sebagai bayan taudhih, yaitu menerangkan maksud dan
tujuan sesuatu ayat Al-Qur’an, seperti pernyataan Nabi SAW.
4.
Sebagai menambah suatu hokum yang belum Tajridul hokum.
[16]
3.
Ijtihad
Al-Quran dan Hadits Nabi Saw juga
menunjukan bahwa akal juga dapat digunakan dalam membuat aturan hidup bagi
orang Islam, yaitu bila Al-Qur’an dan Hadits tidak menjelaskan aturan itu, dan
aturan yang dibuat oleh akal tersebut tidak boleh bertentangan dengan jiwa
Al-Qur’an dan Hadits, jadi akal dihargai oleh Al-Qur’an dan Hadits, bahkan
penggunaan akal itu disuruh, bukan saja diizinkan dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Penunjukan ini merupakan legalitas dan
jaminan untuk menggunakan akal dalam mengatur hidup orang Islam. Kalau demikian
maka secara operasional aturan Islam dibuat berdasarkan tiga sumber utama yaitu
Al-Qur’an, Hadits dan Akal (ijtihad).[17]
Ijtihad menurut bahasa ialah pencurahan
segenap kesanggupan untuk mendatangkan sesuatu dari berbagai urusan atau
perbuatan. Kata Ijtihad berasal dari kata Jahada yang artinya berusaha
keras atau berusaha sekuat tenaga; secara teknis ditetapkan bagi seorang ahli
hukum yang dengan kemampuan akalnya berusaha keras untuk menentukan pendapat
dilapangan hukum mengenai hal yang meragukan.[18]
Sedangkan menurut istilah para fukoha,
yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh lmuwan
Syariat Islam untuk menetapkan suatu hukum Syariat Islam dalam hal yang
ternyata belum ditegasakan hukumnya oleh Al-Quran dan As-Sunnah.[19]
Karena pendidikan menduduki posisi
terpenting dalam kehidupan manusia, maka wajarlah orang Islam meletakan
Al-Quran, Hadits dan Akal sebagai dasar bagi teori-teori pendidikannya. Itulah
sebabnya pendidikan Islam memilih Al-Quran dan Hadits sebagai dasarnya. Kata
akal tidak perlu disebutkan secara formal
karena telah diketahui secara umum bahwa Al-Quran dan Hadits menyuruh
menggunakan akal. Jadi, mengapa orang Islam meletakan Al-Quran dan Hadits
menjadi dasar pendidikannya, jawabannya adalah karena kedua sumber itu dijamin
kebenarannya.
C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Islam
Manusia adalah makhluk (ciptaan)
Tuhan, inilah salah satu hakikat wujud manusia. Hakikat wujudnya yang lain
ialah bahwa manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungan.[20]
Pengetahuan kita tentang asal kejadian
manusia ini amat penting artinya dalam merumuskan tujuan pendidikan bagi
manusia. Asal kejadian ini justru harus dijadikan pangkal tolak dalam
menetapkan pandangan hidup bagi orang Islam. Pandangan tentang kemakhlukan
manusia cukup menggambarkan hakikat manusia.
Pendidikan
merupakan suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan
hidupnya (survival), baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Manusia,
dalam usahanya memelihara kelanjutan hidupnya mewariskan berbagai nilai budaya
dari suatu generasi kegenerasi berikutnya. Dengan demikian fungsi pendidikan
Islam berfungsi untuk menghasilkan manusia yang dapat menempuh kehidupan yang
indah didunia dan akhirat serta terhindar dari siksaan Allah yang Maha pedih.[21]
Dalam kehidupan manusia, pendidikan
merupakan salah satu aspek penting dalam membentuk generasi mendatang. Dengan
demikian diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas, bertanggungjawab
dan mampu mengantisipasi masa depan. Pendidikan dalam maknanya yang luas
senantiasa menstimulir, menyertai perubahan-perubahan dan perkembangan umat
manusia. Selain itu, upaya pendidikan senantiasa menghantar, membimbing
perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.
Pendidikan yang baik memberi sumbangan
pada semua bidang pertumbuhan individu dalam pertumbuhan jasmani dari segi
structural dan fungsional. Ia juga membantunya menumbuhkan kesediaan,
bakat-bakat, ketrampilan-ketrampilan dan kekuatan jasmaninya, begitu juga
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang betul yang memperbolehkannya
mencapai kesehatan jasmani yang wajar, keserasian badan yang sesuai dengan memelihara
kesehatan dan keserasian ini.
Dalam bidang pertumbuhan akal
(intelektual) pendidikan dapat menolong individu untuk meningkatkan,
mengembangkan dan menumbuhkan kesediaan, bakat-bakat, minat dan
kemampuan-kemampuan akalnya dan memberinya pengetahuan dan ketrampilan akal
yang perlu dalam hidupnya.[22]
Dasar kehidupan adalah pandang hidup
jika pandang hidup (philosophy of life) anda adalah Islam, maka tujuan
pendidikan menurut anda haruslah diambil dari ajaran Islam. Gambaran tentang
manusia sempurna menurut Islam, itu sebenarnya tujuan pendidikan menurut Islam.[23]
Untuk lebih jelas mengetahui tujuan
pendidikan Islam, ada baiknya kita memaparkan apakah definisi tujuan pendidikan
Islam itu ?. Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.[24]
Tujuan pendidikan Islam adalah
terbentuknya kepribadian muslim. Yang dimaksud dengan kepribadian muslim adalah
kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya,
kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukan
pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya. Seperti firman Allah
dalam surat QS. Ad-Dzariyat : 56.
وَمَا خَلَقْتُ
الجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ. (الذاريات : 56)
“Dan
aku (Allah) tidak menjadikan jin-jin dan manusia, melainkan untuk menyembah
(ibadah) kepada ku.)Ad-Dzariyat : 56)[25]
Kalau tujuan kejadian manusia adalah
ibadah, dalam pengertia pengembangan potensi-potensi, maka ditemukan pula
tujuan pendidikan menurut Islam, yaitu untuk menciptakan manusia ‘abid
(menyebah Allah yang dalam hidupnya selalu dinamis secara evolutif bergerak menuju kesempurnaan Allah).[26]
Dengan demikian manusia dapat mencapai
kesempurnaan apabila mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan
fadilah melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Fadilah ini selanjutnya
dapat membawanya untuk dekat kepada Allah dan akhirnya membahagiakannya hidup
didunia dan akhirat.
Menurut Zakiyah Darajat, perumusan
tujuan pendidikan melalui penjenjangan tidak dapat dihindarkan karena banyak
pertimbangan. Dibawah ini Zakiyah Darajat dan kawan-kawan memberikan rincian
mengenai batasan tujuan sebagai berikut :
1.
Tujuan
umum ialah tujuan yang akan dicapai melalui semua kegiatan pendidikan baik
dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan umum ini berada pada tiap
tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi dengan kerangka yang sama.
2.
Tujuan
akhir adalah tujuan yang menuntun motivasi seseorang untuk selalu
mempertahankan dan mengembangkan keberadaannya dimana tujuanumum telah dicapai
sampai akhir kehidupan.
3.
Tujuan
sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi sejumlah
penjelasan tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
4.
Tujuan
operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai melalui sejumlah kegiatan
pendidikan, satu unit kegiatan pendidikan dengan lahan-lahan yang sudah
dipersiapkan dan diperkirakan mencapai tujuan tertentu yang disebut tujuan
operasional.[27]
Perumusan tujuan pendidikan ini
menjadi penting artinya bagi proses pendidikan karena dengan adanya tujuan yang
jelas dan tepat maka arah proses itu akan tepat dan jelas pula. Tujuan
pendidikan dengan jelas mengarah kepada terbentuknya insani kamil yang
berperibadian muslim, merupakan perwujudan manusia seutuhnya, taqwa, cerdas,
baik budi pekertinya, trampil, kuat kepribadiannya, berguna bagi diri sendiri,
agama, keluarga, masyarakat dan negara.
Tujuan pendidikan Islam yang universal
itu telah dirumuskan dalam seminar pendidikan Islam se-Dunia di Islamabad pada
tahun 1980 yang disepakati oleh seluruh ulama pendidikan Islam dari
negara-negara Islam. Rumusan tersebut mencerminkan idealitas Islami seperti
terkandung didalam Al-Qur’an.
Sebagai essesinya tujuan pendidikan
Islam yang sejalan dengan tuntutan Al-Qur’an itu tidak lain adalah sikap
penyerahan diri kepada Allah SWT, yang telah kita ikrarkan dalam shalat kita
sehari-hari. Sebagaimana firman Allah SWT :
قُلْ اِنَّ صَلاَتِى
وَنُسُكِى وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى لله رَبِّ العَالَمِيْنَ. (الانعام : 162)
“Katakanlah
: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam”(QS. An-An’am : 162).[28]
D. Lingkungan Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan
proses yang membantu pertumbuhan seluruh unsur kepribadian manusia baik fisik
‘aql maupun qalbnya. Fisik manusia sebagai mahkluk sempurna harus dirawat dan
dinina secara baik. Dengan ‘aqlnya manusia mampu berpikir kreatif, dengan
qalbnya manusia mampu menangkap dan mengekspresikan keimanan, keislaman,
keikhlasan.[29]
Jadi wajar dan seharusnya, jika ketiga
unsur pokok yang dianugrahkan kepadanya di rawat dan di bina secara seimbang
dan terpadu. Sebab, ketimbang di dalam perkembangannya akan sangat mengganggu
utuhnya kepribadian, lebih-lebih jika ditinggalkan atau diabaikan.
Tanggung jawab pendidikan dimanifestasikan
dalam bentuk kewajiban melaksnakan pendidikan menurut pandangan Islam. Menurut
pendapat team penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam, kewajiban melaksanakan
pendidikan itu direaisasikan dalam wujud memberikan bimbingan baik pasif maupun
aktif.[30]
Pendidikan adalah
usaha pembangunan bangsa dan watak bangsa. Pendidikan Islam demikian mencakup
ruang lingkup yang amat komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, piker
(rasio, intelek) kepribadian manusia seutuhnya. Untuk membina kepribadian demikian
jelas memerlukan rentangan waktu yang relatif panjang, bahkan berlangsung
seumur hidup.[31]
Sudah menjadi
pemahaman dan keyakinan kita bersama, bahwa pendidikan itu juga pendidikan
agama, berlangsung seumur hidup dan berada di lingkungan keluarga, sekolah,
tempat ibadah dan masyarakat, karenanya pendidikan adalah tanggung jawab
bersama orang tua, masyarakat dan pemerintah.[32]
Pusat pendidikan tersebut merupakan
sistem terpadu yang berperan memberikan pengaruh secara optimal kepada anak
untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan dalam rangka pembangunan manusia
seutuhnya. Karena setiap lingkungan pendidikan memiliki fungsi dan peran
strategis bagi pencapaian tujuan pendidikan, maka masing-masing pusat
pendidikan tersebut memiliki ciri dan tugas khusus sesuai dengan sifat
karakteristiknya.
Dibawah ini akan
diuraikan hanya beberapa macam lingkungan pendidikan Islam antara lain :
1.
Keluarga
Sebagai Pusat Pendidikan
Orang tua merupakan pendidik pertama
dan utama bagi anak-anaknya. Dikatakan pendidik pertama, karena ditempat inilah
anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya sebelum ia menerima
pendidikan yang lainnya. Dikatakan pendidikan utama karena dari tempat ini
mempunyai pengaruh yang dalam bagi kehidupan anak dikelak kemudian hari. Karena
peranannya demikian penting itu maka orang tua harus benar-benar menyadarinya
sehingga mereka dapat memerankannya sebagaimana mestinya.
Pentingnya pendidikan didalam keluarga
merupakan konsekuensi dari rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.
Dalam Islam anak merupakan amanah Allah yang
harus dijaga, dipelihara dan dipertanggungjawabkan, bahkan ditangan
orang tualah pendidikan anak ini dapat terselenggara. Sebagaiman firman Allah
SWT.
يايُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْا قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا.... (التحريم : 6)
“Hai
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka “. (QS.
At-Tahrim : 6).[33]
Didalam keluargalah anak dididik mulai
mengenal hidupnya. Hal ini harus disadari dan diinsyafi oleh tiap-tiap
keluarga, bahwa anak dilahirkan dalam lingkungan keluarga tumbuh dan berkembang
sampai anak melepaskan diri dari ikatan keluarga. Berdasarkan kenyataan ini
sudah barang tentu pengaruh keluarga besar sekali terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Menurut team penyusun buku Ilmu
Pendidikan Islam bahwa tanggungjawab pendidikan Islam yang harus dipikul oleh
orang tua sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut :
1.
Memelihara
dan membesarkan anak, inilah bentuk yang paling sederhana dari tanggungjawab
setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan
manusia.
2.
Melindungi
dan menjamin kebersamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan
penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan
falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
3.
Memberikan
pengajaran dalam arti yang luas, sehinga anak memperoleh peluang untuk memiliki
pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dicapainya.
4.
Membahagiakan
anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup
muslim.[34]
2.
Sekolah
Sebagai Pusat Pendidikan
Yang dimaksud dengan sekolah (termasuk
madrasah dan pondok pesantren) adalah wadah (lembaga) pertama anak melatih
sosialisasi diri secara formal, diperkenalkan dengan peraturan, tata pergaulan,
tuntunan dan tantangan belajar yang harus dijawabnya.[35]
Sekolah
sebagai pusat pendidikan formal, lahir dan berkembang dari pemikiran efisiensi
dan efektifitas didalam pemberian pendidikan pada warga masyarakat. Lembaga
pendidikan formal atau sekolah, kelahiran dan pertumbuhannya dari dan untuk
masyarakat bersangkutan. Artinya, sekolah sebagai pusat pendidikan formal
merupakan perangkat masyarakat yang disertai kewajiban pemberian pendidikan.
Perangkat ini ditata dan dikelola secara formal mengikuti haluan yang pasti dan
diberlakukan dimasyarakat bersangkutan. Haluan tersebut tercermin didalam
falsafah dan tujuan, penjenjangan, kurikulum administrasi serta pengelolaannya.[36]
Sebagai suatu lembaga
pendidikan Islam, pondok pesantren dari sudut histories cultural dapat
dikatakan sebagai training center yang otomatis menjadi cultural center Islam
yang disahkan atau dilembagakan oleh masyarakat, setidak-tidaknya oleh
masyarakat Islam sendiri yang secara de fakto tidak dapat diabaikan oleh
pemerintah.
Dengan demikian
jelaslah bahwa pondok pesantren merupakan sistem pendidikan islam yang tertua
dinegara kita yang umurnya sudah ratusan tahun. Yang menjadi perhatian kita
sekarang ialah : apakah sistem pendidikan pesantren yang telah dilembagakan
oleh masyarakat dengan sikap politis-kultural masih dapat dipertahankan
terhadap gerakan-gerakan modernisasi pendidikan dalam hubungannya dengan tujuan
pendidikan nasional.
Adapun tujuan pondok pesantren sebagai
lembaga pendidikan Islam, yaitu :
1.
Tujuan khusus : mempersiapkan para santri untuk menjadi
orang yang ‘alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan
serta mengamalkannya dalam masyarakt.
2.
Tujuan umum : membimbing anak didik untuk menjadi manusia
yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh
Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.[37]
Peranan pesantren dimasa lalu
kelihatan paling menonjol dalam hal menggerakkan, memimpin, dan melakukan
perjuangan dalam rangka mengusir penjajah. Peranan pesantren dimasa sekarang
juga amat jelas. Contohnya : sulitnya pemerintah memasyarakatkan program bila
tidak melalui pemimpin pesantren. Sedangkan peran pesantren pada masa mendatang
agaknya akan tetap besar. Pemikiran, suramnya perspektif masa depan, telah
menyebabkan pula hilangnya keseimbangan antara pertimbangan akal dan
pertimbangan hati. Ini menjadi salah satu penyabab orang pergi kepesantren.
Sebenarnya,
keseimbangan pribadi seseorang sebagai besar ditentukan oleh pendidikan yang
diperolehnya. Dari konsep ini patutlah direnungkan banyak hal, misalnya
seberapa banyak pendidikan pesantren itu dapat memberikan sumbangan dalam
menggapai kehidupan yang seimbang.
Dengan munculnya
sistem madrasah, maka sistem pendidikan Islam memasuki periode baru dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Sebab disini madrasah (sekolah) sudah
merupakan salah satu organisasi resmi negara. Pelajaran pada sekolah (madrasah)
pun juga resmi berjalan menurut peraturan dan undang-undang.[38]
Tugas dan tanggung jawab sekolah atau
madrasah terhadap pendidikan ini terbatas pada wewenang yang diberikan orang
tua. Demikian juga terbatas selama anak mengikuti pendidikan disekolah itu,
karena di luar dari ini semua bukan menjadi wewenang sekolah. Pemikul tugas dan
tanggungjawab pendidikan di sekolah atau madrasah adalah guru, yang merelakan
dirinya menerima dan memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang terpikul di
pundak orang tuanya.
Di bawah asuhan guru,
anak-anak memperoleh pengajarn dan pendidikan, anak-anak belajar berbagai macam
pengetahuan dan ketrampilan yang dijadikan bekal untuk kehidupan dimasyarakat.
Memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada anak-anak untuk
kehidupan nanti, inilah sebenarnya tugas dari sekolah.[39]
Baik tujuan
institusional, kulikuler maupun intruksional, kesemuanya mesti diarahkan kepada
pembentukan akhlak pribadi dan kemampuan warga masyarakat sebagaimana yang
menjadi target atau sasaran pendidikan dimasyarakat bersangkutan. Ini merupakan
konsekuensi logis dari kedudukan sekolah sebagai lembaga sosial yang
terorganisir secara formal.
3.
Rumah
Ibadah Sebagai Tempat Pendidikan
Ibadah adalah merupakan wahana
pendidikan dan melengkapi dan menyempurnakan pendidikan agama yang ditentukan
di perguruan, serta merupakan pribadi yang dapat dijadikan contoh teladan bagi
hidup yang saleh dan pribadi mulia.[40]
Oleh sebab itu implikasi mesjid
sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :
1.
Mendidik
anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT.
2.
Menanamkan
rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial, serta
menyadarkan hak-hak dan kewajibab - kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial
dan warga negara.
3.
Memberikan
rasa ketentraman, kekuatan dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia
melalui pendidkan kesabaran, keberanian, kesadaran, perenungan, optimisme dan
pengadaan penelitian.[41]
Dengan demikian mesjid sebagai lembaga
pendidikan Islam yang menumbuhkan kepada insan akan rasa cinta terhadap ilmu
pengetahuan dan merupakan tempat untuk mendekatkan diri kepada sang kholik
serta menanamkan akan hak dan kewajibannya sebagai mahluk.
4.
Masyarakat
Sebagai Pusat Pendidikan
Diluar keluarga anak memperoleh
kesempatan berinteraksi sosial secara lebih luas dalam masyarakat.
Bermacam-macam nilai dan prilaku masyarakt akan terserap baik secara langsung
maupun tidak langsung. Masyarakat itu sendiri merupakan suatu faktor yang pokok
mempengaruhi pendidikan, disamping ia merupakan arena tempat berkisarnya
pendidikan.[42]
Sebagai salah satu lingkungan
terjadinya kegiatan pendidikan, masyarakat mempunyai pengaruh yang besar
terhadap berlangsungnya segala kegiatan yang menyangkut masalah pendidikan. Di
lihat dari materi yang di garap, jelas kegiatan pendidikan baik yang bersifat
formal, informal maupun non formal, berisikan generasi muda yang akan meneruskan
kehidupan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu bahan apa yang akan diberikan
kepada anak didik sebagai generasi tadi harus disesuaikan dengan keadaan dan
tuntutan masyarakat di mana kegiatan pendidikan itu berlangsung.
Arti pentingnya masyarakat sebagai
pusat pendidikan, yaitu antara lain :
1.
Masyarakat
memikul amanah yang sama pentingnya dengan unsur-unsur lain dalam hal
mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyiapkan generasi yang lebih maju.
2.
Masyarakat
merupakan ajang kehidupan yang kelak anak yang akan berkecimpung didalamnya
berkarya, bergaul, bekerjasama, bersangi, berkreasi, berproduksi dan
lain-lainnya.
3.
Kehidupan
bermasyarakat memiliki pola nilai dan norma yang harus di pakai oleh anak, agar
ia tidak canggung dan dapat sukses didalamnya.[43]
Dengan demikian, pada mereka terdapat
tugas keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti
pimpinan dari masyarakat ikut bertanggungjawab terhadap pengyelenggaraan
pendidikan. Sebab tanggungjawab pendidikan bukan pada hakekatnya merupakan
tanggungjawab moral dari orang dewasa, baik secara individu maupun sebagai
komunitas sosial. Tanggungjawab ini ditinjau dari ajaran Islam, secara implisit
mengandung tanggungjawab pendidikan, yaitu warisan nilai-nilai luhur dari
generasi ke generasi demi tegaknya syiar Islam di atas bumi.
[1]
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Rosda Karya
, Bandung, hal : 12
[2]
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Alhusna Zikra,
Jakarta, hal: 1
[3]
Ahmad Tafsir, Op Cit., hal
24
[4]
Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Kalam Mulia,
Jakarta, 2000, hal. 10 15
[5]
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, CV. Pustaka Setia, Bandung,
1998, hal. 11
[6]
Ahmad Tafsir, Op Cit.,
hal. 27
[7]
Dakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1992, hal. 28
[8]
Nur Uhbiyati, Op Cit., hal 11
[9]
Depag RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, CV. Jaya Sakti Surabaya,
1989, hal. 413
[10]
H. R. Abuy Sodikin, Badruzaman, Metodologi Studi Islam, Tunas
Nusantara, Bandung, 2000, hal. 29
[11]
Nur Uhbiyati, Op Cit., hal. 19
[12]
Nihayatul Nasykuroh, Mu’jizat Al-Qur’an, Al-Qolam, hal. 25
[13]
Depag RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, CV. Jaya Sakti Surabaya,
1989, hal. 1079
[14]
Ibid., hal. 391
[15]
H. R. Abuy Sodikin. Loc. Cit., hal. 57
[16]
Ibid., hal. 61
[17]
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Remaja
Rosdakarya, Bandung 2001, hal. 22
[18]
H. R. Abuy Sodikin. Loc. Cit., hal. 65
[19]
Ibid., hal. 62
[20]
Ibid., hal. 34
[21]
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Al-Husna Zikra,
Jakarta, 2000, hal. 339
[22]
Hasan Langgulung, Op. Cit, Hal. 35
[23]
Ahnad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Renaja
Rosdakarya, Bandung, 2001, hal. 46
[24]
Nur Uhdiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung,
1998, hal. 29
[25]
Depag RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, CV. Jaya Sakti Surabaya,
1989, hal. 862
[26]
Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Kalam Mulia,
Jakarta, 2002, hal. 18
[27]
Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Bumu Aksara,
Jakarta, 1992, hal. 30-32
[28]
Depag RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, CV. Jaya Sakti Surabaya,
1989, hal. 216
[29]
Halim Soebahar, Op Cit., hal. 45
[30]
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia, Bandung,
1998, hal. 219
[31]
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengatar Dasar-dasar Kependidikan,
Usaha Nasional, Surabaya, 1988, hal. 125
[32]
Nur Uhbiyati, Op Cit., hal. 209
[33]
Depag RI, Op. Cit., hal. 951
[34]
Ibid., hal. 220
[35]
Halim Soebahar, Op Cit., hal. 119
[36]
Ibid, hal. . 119
[37]
H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Bumi
Aksara Jakarta, 2000, hal. 248
[38]
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Al-Husna Zikra,
Jakarta, 2000, hal. 126
[39]
Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Kalam Mulia,
Jakarta, 2002, hal. 121
[40]
Ibid., hal. 121
[41]
Hasbullah, Sejaran Pendidikan Islam di Indonesia, hal. 133
[42]
Halim Soebahar, Op. Cit., hal. 123
[43]
Ibid., hal. 124
Sangat mendidik gan,.
ReplyDelete